Kamis, 27 November 2014

Ibu

Sang Pejuang Yang Tak Kenal Lelah

Masih teringat dalam benakku saat-saat yang mengharukan bersamamu, ya saat itu aku masih kecil dengan dua orang adikku ( yang ke empat belum lahir ). Aku memanggilnya "emak". Dialah sosok panutan ku dalam kehidupan ini.
Saat itu keluarga kami benar-benar sedang di uji oleh Allah. Bagaiman tidak menyedihkan ayah yang menjadi kepala keluarga jatuh sakit sehingga emak harus memutar otak untuk menghidupi keluarga kami.Tidak berhenti disitu keadaan kami yang miskin membuat kami harus hutang sana-sini bahkan saudarapun menjauh seperti orang yang tak kenal dan enggan direpotkan oleh keluarga kami yang sedang kesulitan.
Aku ingat betul kami berdua berjalan keliling dan bahkan keluar kampung untuk menjajakan kripik buatan rumahan, kadang habis kadang tidak, kadang-kadang juga pembeli mengembalikan barang karena sudah melempem karena tidak ada yang membeli.tak hanya itu akhirnya ibu beralih usaha menjadi penjual pakaian keliling ke kampung seberang dan akupun sering mendampinginya, keringat yang mengucur dan raut muka yng kelelahan kulihat setiap hari. Setiap hari makan secukupnya atau bahkan seadanya, bayangkan mie rebus dua bungkus untuk berlima orang, sampai-sampai pernah suatu hari adiku pulang sekolah menangis karena memang tidak ada apapun untuk dimakan.
Yang paling aku salutkan adalah ibuku tak pernah melupakan tahajudnya. aku menyaksikan sendiri tiap malam beliau menangis berdo'a kepada Allah dalam tahajudnya.
Setelah beberapa tahun Alahmdulillah Allah menjawab doa-doa beliau, ayah yang mulai sembuh dari penyakitnya sehingga bisa mulai usahanya lagi walaupun hanya sedikit penghasilanya. dan Alhamdulilah Allah memberikan jalan melalui tetangga yang bekerja menjadi buruh cuci di perumahan bahwa majikanya membutuhkan guru mengaji privat untuk anak-anaknya. Setelah itu makin banyak orang-orang komplek yang meminta jasanya bahkan sampai satu minggu beliau hanya bisa istirahat malam minggu saja.tekad beliau yang sangat kuat adalah dalam keadaan apapun anak-anaknya harus sekolah yang tinggi dan Alhamdulillah semua bisa sampai kuliah. Kata-kata mutiara senantiasa keluar dari mulut beliau salh satu yang mengharukan "biar emak ga pake emas, baju bagus ame yang penting anak pada sekolah yang tinngi". Sahabatku sekalian demikianlah kisah ibuku yang luar biasa. aku yakin ibu-ibu kalian adalah orang yang luar biasa. Jika kau belum bisa membahagiakanya maka hormati, taati dan berbuat baiklah selalu padanya karena cintanya tak kenal batas, ruang dan waktu. mulai sekarang katakanlah betapa kau mencintainya dan berterima kasihlah padanya dan doakanlah ia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar